Semua berawal dari ajakan sederhana. Waktu itu seorang teman ingin mengikuti kursus di Kampung Inggris Pare. Awalnya aku hanya mendengarkan rencananya, tapi tiba-tiba muncul dorongan kuat dalam diriku untuk ikut juga. Ada motivasi pribadi yang benar-benar mendorongku saat itu — sebuah motivasi yang tidak akan aku jelaskan secara spesifik, tapi cukup kuat untuk membuatku pergi jauh dari rumah dan mencoba sesuatu yang baru.
Ketika pertama kali melihat brosur program khusus seharga 2 juta untuk 1 bulan, jujur aku merasa itu lumayan mahal. Belajar intensif dari pagi sampai malam, ditambah kewajiban mengikuti aturan camp, awalnya tampak seperti beban. Tapi setelah menjalani semuanya, aku bisa bilang:
harganya sepadan dengan hasil dan pengalaman yang kudapatkan.
Bukan hanya soal kemampuan bahasa Inggris yang meningkat, tapi juga pengalaman sosial, ritme hidup, dan pola disiplin yang terbentuk selama di sana.
Tinggal di Asrama: Disiplin yang Terbentuk Secara Alami
Salah satu hal paling berpengaruh adalah tinggal di asrama (camp). Jadwalnya ketat, mulai bangun pagi, setoran vocab, kelas utama, hingga kelas malam.
Awalnya terasa berat, tapi lama-kelamaan aku justru bersyukur.
Di sinilah aku belajar banyak hal:
- Hidup teratur
- Konsisten
- Menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari
- Lebih cepat dekat dengan banyak teman
Asrama membuatku fokus belajar tanpa banyak distraksi, dan itu meningkatkan progresku jauh lebih cepat dari yang kubayangkan.
Teman Baru dari Berbagai Daerah: Rasanya Seperti Rumah Kedua
Hal yang tidak pernah aku duga adalah bagaimana suasana di kamp menjadi begitu hangat. Aku bertemu banyak teman dari berbagai daerah — dari yang pendiam sampai yang super rame, dari yang baru pertama kali merantau sampai yang sudah terbiasa adaptasi.

Entah kenapa, lingkungannya membuatku cepat dekat dengan mereka.
Setiap pagi belajar bareng, setiap malam latihan vocab, setiap weekend saling menyemangati.
Lama-lama rasanya tidak seperti sedang merantau — tapi seperti punya rumah kedua.
Pengalaman Spesial: Menjadi “The Best Camp Student”
Salah satu hal paling berkesan selama belajar di Kampung Inggris adalah ketika aku menerima penghargaan sebagai The Best Camp Student.
Bukan karena aku yang paling pintar — sama sekali bukan.
Alasannya justru sederhana: konsisten dan disiplin.

Saat teman-teman lain memilih liburan di akhir pekan, aku tetap mengikuti ritme belajarku. Bukan karena terpaksa, tapi karena aku benar-benar ingin berkembang. Dan mungkin itu yang dilihat oleh para tutor dan pengurus camp.
Penghargaan itu bukan sekadar sertifikat, tapi juga pengingat bahwa usaha kecil namun konsisten bisa membawa hasil besar.
Kegiatan Seru: Menikmati Pasar Senja

Selain belajar, Kampung Inggris juga punya tempat nongkrong favorit bernama Pasar Senja.
Ini salah satu destinasi paling ramai karena banyak makanan, jajanan unik, dan suasananya selalu hidup menjelang sore.
Buatku, Pasar Senja jadi tempat melepaskan penat setelah seharian belajar intensif. Tidak ada yang lebih nikmat daripada makan jajanan hangat sambil denger musik jalanan di sore hari.
Kampung Inggris Adalah Kombinasi Belajar + Lingkungan Positif
Jika ditanya pendapat, aku merasa Kampung Inggris bukan hanya tempat belajar bahasa Inggris.
Di sini, kamu belajar:
- Disiplin
- Manajemen waktu
- Cara adaptasi
- Cara berkomunikasi dengan berbagai karakter
- Cara menghargai proses
Bagi banyak orang, skill-skill itu tidak kalah penting dari grammar atau pronunciation.
Dan menurutku, kekuatan terbesar Kampung Inggris justru ada pada lingkungannya.
Semua orang di sana punya tujuan yang sama: berkembang.
Itulah yang membuat atmosfer belajar terasa mudah, fun, dan menular.
Bagian yang Paling Berat: Perpisahan
Semua yang datang akhirnya harus pulang. Hari perpisahan adalah bagian paling emosional dari seluruh perjalanan ini.
Tiba-tiba aku sadar bahwa waktu 1 bulan terasa cepat sekali — terlalu cepat bahkan.
Melihat koper-koper ditarik keluar dari asrama, satu per satu teman pamit, memberi pelukan, saling berjanji “jangan hilang ya!”, rasanya campur aduk.
Ada bahagia karena akhirnya menyelesaikan program, tapi juga sedih karena harus berpisah dari orang-orang yang setiap hari mengisi rutinitasku.
Asrama yang biasanya ramai suara tawa jadi sepi. Jalan menuju kelas yang biasanya penuh semangat tiba-tiba terasa berbeda.
Tapi itulah indahnya perjalanan.
Perpisahan bukan tanda berakhirnya hubungan, tapi tanda bahwa kita pernah punya proses yang berarti.

Dan meskipun kami pulang ke daerah masing-masing, kenangan Kampung Inggris tetap tinggal — lengkap dengan tawa, perjuangan, dan kedisiplinan yang membentuk kami selama di sana.
Saran untuk Kamu yang Ingin Belajar di Kampung Inggris
Jika kamu berencana belajar di Kampung Inggris, ini beberapa saran dariku:
- Datang dengan niat yang jelas
Motivasi yang kuat akan membuatmu bertahan di hari-hari ketika capek atau malas. - Jangan hanya ikut kelas, tapi juga praktik
Ngobrol dengan teman camp, tutor, atau siapa pun di sana. Semakin sering praktik, semakin cepat berkembang. - Jaga ritme belajar
Konsisten lebih penting daripada belajar keras tapi hanya sesekali. - Nikmati prosesnya, bukan hanya hasilnya
Kamu akan melalui rutinitas padat, dan justru di sanalah bonding, pembelajaran, dan memori terbaik terbentuk. - Jangan malu untuk mulai dari dasar
Semua orang di Kampung Inggris datang dengan latar belakang berbeda. Mau pemula atau sudah lancar, semuanya dihargai.

